anda pengunjung yang ke

Minggu, 24 April 2016

Analisis Psikologi Tokoh dari Novel "Orang Asing" karya Albert Camus



MENGANALISIS PSIKOLOGI TOKOH DARI NOVEL “ORANG ASING”
KARYA ALBERT CAMUS









OLEH:

NAMA : NUR AINUN RIDHA
NIM : 1451140004
KELAS/ PRODI : A / SASTRA INDONESIA




PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2015/2016







ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA PADA NOVEL “ORANG ASING”
KARYA ALBERT CAMUS
Oleh : Nur Ainun Ridha
Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia

I.                   ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan submasalah pada penelitian yaitu (1)  Sistem kepribadian tokoh Raymond Sintes pada Novel “Orang Asing” Karya Albert Camus. (2) Mekanisme Pertahanan Diri pada tokoh Raymond Sintes. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, novel memiliki fungsi sebagai hiburan dan pembelajaran serta menggunakan pendekatan metode deskriptif berbentuk kualitatif dan Teori Freud. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Novel “Orang Asing” karya Albert Camus dan menganalisis serta menelaahnya dengan menggunakan bantuan teori psikologi yaitu psikoanalisis dan Mekanisme Pertahanan Diri yang dipelopori oleh Sigmund Freud.
Dari hasil penelitian analisis data menunjukkan bahwa : (1) Sistem Kepribadian tokoh Raymond Sintes, dorongan Id dan Ego sangat kuat sedangkan Superego lemah. Dalam hal ini Id dan Ego menang melawan Superego, bahwa ia masih menyimpan perasaan kepada gendaknya, tetapi ia ingin memberi hukuman kepada gendaknya sebab ia merasa telah dicurangi. Ia memukuli perempuan itu sepuas-puasnya. (2) Mekanisme Pertahanan Diri tokoh Raymond yaitu Rasionalisasi dan Denial (Penyangkalan).



Kata kunci : Teori Psikoanalisis, Novel, Mekanisme Pertahanan Diri.

II.                PENDAHULUAN
Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Menurut Albertine (2010:11), psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900-an oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis ini berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia, serta ilmu ini merupakan bagian dari psikologi yang memberikan kontibusi besar dan dibuat untuk psikologi manusia selama ini.
Psikoanalisis merupakan sejenis psikologi tentang ketidaksadaran; perhatian-perhatiannya terarah pada bidang motivasi, emosi, konflik, sistem neurotic, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Menurut Freud (dalam Suryabrata, 2002:3), psikoanalisis adalah sebuah metode perawatan medis bagi orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Psikoanalisis merupakan suatu jenis terapi yang bertujuan untuk mengobati seseorang yang mengalami penyimpangan mental dan syaraf.
Dalam struktur kepribadian Freud, ada tiga unsur sistem penting, yakni id, ego, dan superego. Menurut Bertens (2006:32) istilah lain dari tiga faktor tersebut dalam psikoanalisis dikenal sebagai tiga “instansi” yang menandai hidup psikis. Dari ketiga sistem atau ketiga instansi ini satu sama lain saling berkaitan sehingga membentuk suatu kekuatan atau totalitas. Maka dari itu untuk mempermudah pembahasan mengenai kepribadian pada kerangka psikoanalisa, kita jabarkan sistem kepribadian ini.
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari tiga elemen. Ketiga unsur kepribadian itu dikenal sebagai id, ego dan superego yang bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.

1.  Id
Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian.
Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan-keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan negara atau ketegangan.
Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls, dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subyektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Energi psikis dalam id itu dapat meningkat oleh karena perangsang, dan apabila energi itu meningkat maka menimbulkan tegangan dan ini menimbulkan pengalaman tidak enak (tidak menyenangkan). Dari situlah id harus mereduksikan energi untuk menghilangkan rasa tidak enak dan mengejar keenakan.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan yang relative inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Jadi ketika ada stimulasi yang memicu enerji untuk bekerja-timbul tegangan energi-id beroperasi dengan prinsip kenikmatan; berusaha mengurangi atau menghilangkan tegangan itu; mengembalikan diri ke tingkat energi rendah.
Menurut Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar-salah , tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id memunculkan ego.

2.   Ego
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar.

Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat.
Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek di dunia nyata yang cocok dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses primer id’s.
Menurut (Freud dalam Bertens 2006:33), ego terbentuk dengan diferensiasi dari id karena kontaknya dengan dunia luar, khususnya orang di sekitar bayi kecil seperti orang tua, pengasuh, dan kakak adik.
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.
Menurut Bertens (2006:33), tugas ego adalah untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan menjamin penyesuaian dengan lingkungan sekitar, lagi untuk memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain.
Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang-mencapai-kesempurnaan dari superego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id.
3.   Superego
Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat – kami rasa benar dan salah. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.
Menurut Bertens (2006:33-34), superego dibentuk melalui internalisasi (internalization), artinya larangan-larangan atau perintah-perintah yang berasal dari luar (para pengasuh, khususnya orang tua) diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam. Dengan kata lain, superego adalah buah hasil proses internalisasi, sejauh larangan-larangan dan perintah-perintah yang tadinya merupakan sesuatu yang “asing” bagi si subyek, akhirnya dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari subyek sendiri, seperti “Engkau tidak boleh…atau engkau harus…” menjadi “Aku tidak boleh…atau aku harus…”
Menurut Freud (dalam Suryabrata, 2010:127) Super Ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya yang dimasukkan dengan berbagai perintah dan larangan. Super Ego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan. Oleh karena itu, Super Ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsinya yang pokok ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistic sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realitik dari ego (alwisol,2004:21). Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam pikiran. Superego dalam hal mengontrol id, bukan hanya menunda pemuasan tapi merintangi pemenuhannya. Fungsi utama dari superego yang dihadirkan antara lain adalah:
1. Sebagai pengendali dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dengan cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
2. Untuk mengarahkan ego pada tujuan-yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan.
3. Mendorong individu kepada kesempurnaan. Superego senantiasa memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang berbeda kealam sadar. Superego bersama dengan id, berada dialam bawah sadar (Hall dan Lindzey, 1993:67-68).

Teori Freud dalam pendekatan mekanisme pertahanan diri, Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si in dividu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu.
Mengenal Albert Camus, Albert Camus (dilafalkan sebagai [al'bɛr ka'my]) (lahir di Mondovi (sekarang Deraan), Aljazair, 7 November 1913 – meninggal di Villeblevin, 5 Januari 1960 pada umur 46 tahun) adalah seorang penulis/filsuf Perancis kelahiran Aljazair. Seringkali ia digolongkan sebagai seorang penulis eksistensialis, tetapi kemungkinan ia lebih tepat disebut sebagai seorang absurdis. Salah satu karyanya dengan judul Orang Asing disinyalir merupakan pemaparan dari gagasan absurditasnya.  Novel ini terbit tahun 1942, berbarengan dengan esainya tentang absurditas. Mite sisifus. Keunikan Novel ini adalah bentuknya yang menyerupai catatan harian (yang sangat berbeda dengan roman pada jaman itu). Pada tahun 1957 ia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Sastra. Ia teman Jean Paul Sartre, seorang sastrawan eksistensialis dan Simone de Beauvoir. Ia meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Villeblevin pada 5 Januari 1960. Albert Camus lahir di Aljazair. Berasal dari keluarga miskin. Ibunya adalah babu cuci dan ayahnya buruh tani yang tak sempat dikenalnya karena tewas saat ia kecil. Bagi Camus, sulit meyakini bahwa hidup bersifat rasional.
Raymond Sintes, yaitu tetangga Mersault seorang pria yang tidak diketahui apa pekerjaannya namun selalu berpakaian rapi, orang-orang berkata bahwa ia hidup dari perempuan-perempuan. Meskipun begitu, bila ditanya tentang pekerjaannya, ia adalah seorang “penjaga tokoh”. Raymond Sintens dalam hal ini berperan sebagai tokoh pembantu yang memicu awal terjadi konflik dalam novel “Orang asing”. Raymond memintanya menuliskan surat kepada pacarnya itu agar ia mau datang, dan mereka bisa bercinta untuk terakhir kali, juga agar Raymond bisa memukulnya untuk terakhir kali. Saat pacar Raymond itu datang, Raymond memaki dan memukulinya. Lalu datanglah polisi, dan Raymond ditahan. Raymond meminta Meursault untuk memberi kesaksian, maka Raymond pun dibebaskan.
Setelah bebas, Raymond mengajak Meursault dan Marie ke pantai ke sebuah rumah pantai milik teman Raymond. Di pantai itulah mereka bertemu saudara mantan pacar Raymond beserta teman-temannya dan mereka terlibat perkelahian. Raymond terluka dan mereka kembali ke rumah pantai. Raymond ingin membalasnya dengan mengambil sebuah pistol. Tapi Meursault mengambil pistol itu karena takut terjadi hal buruk. Meursault kembali ke pantai sendirian, dan ia bertemu dengan salah satu yang menyerang mereka tadi. Meursault mengalami disorientasi (kehilangan daya untuk mengenal lingkungan) karena panas dan silau. Dalam kondisi disorientasi itu, ia melihat orang tadi mencabut pisau. Ia pun menembaknya dengan pistol yang ia sita dari Raymond. Karena silau, ia kembali menambah empat tembakan pada orang tadi.

III.             HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Raymond Sintes adalah salah satu tokoh dalam cerita ini. Ia merupakan tetangga kamar sekaligus menganggap dirinya sebagai sahabat dari Meursault (tokoh utama). Raymond memiliki ciri-ciri fisik yaitu  badannya cukup pendek, dengan bahu bidang dan hidung seorang petinju. Ia selalu berpakaian cukup rapi, orang-orang berkata bahwa ia hidup dari perempuan-perempuan dan bila ditanya tentang pekerjaannya, ia adalah seorang “penjaga tokoh”.

1.      Sistem Kepribadian Raymond Sintes
Menganalisis unsur-unsur kejiwaan tokoh Raymond yaitu dengan cara mencari tahu konflik batin dan kecemasan yang ada pada diri tokoh. Selain, itu analisis struktur kepribadian diperlukan untuk mengetahui bagaimana dinamika kepribadiannya. Berikut ini adalah penjelasan sistem kepribadian tokoh Raymond dengan menggunakan Teori Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud.



·         Id

Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls, dan drives. Untuk menggerakan insting-insting yang terdapat dalam manusia, baik berupa insting hidup seperti makan, minum, seks dan lain-lain. Dan juga insting mati, baik berupa marah, membalas dendam dan lain-lain.
·         Dalam cerita id Raymond yang bekerja adalah menggerakkan insting matinya yang berupa sikap marah atas perbuatan yang dilakukan oleh musuhnya, yang tergambar pada kutipan cerita dalam percakapan awalnya dengan Mersault:
“ Aku bertanya kenapa dia. Ia berkata padaku bahwa ia telah berkelahi dengan seorang yang suka mencari-cari perkara”.
Anda mengerti, tuan Meursault, “ ia berkata, “bukannya saya jahat, tetapi saya cepat panas. Dia itu berkata padaku, “Turunlah dari trem jika kau laki-laki.” Aku berkata padanya, “Diam kau”. Ia berkata bahwa aku bukan laki-laki. Aku turun dan berkata “cukup, begini lebih baik, atau ku pukul kau.” Ia menjawab, “dengan apa?” lalu kukirimkan satu kepalan padanya. Dia jatuh, aku hendak menolongnya bangkit, tetapi ia menendang dari tanah. Lalu kuhunjamkan lututku dan kutimpakan dua tinju. Tubuhnya berlumuran darah. Aku bertanya padanya apakah ia sudah merasa cukup. Ia mengatakan, “Ya.” (Halaman 24).

Dari kutipan diatas dapat tergambar bagaimana sistem kepribadian Id Raymond yang berusaha menghindar dari bahaya yang mengancam dirinya serta ketegangan yang terjadi, yang membuktikan kuatnya dorongan Id dalam menggerakkan insting mati Raymond.
·         Pada kutipan selanjutnya Raymond memiliki dorongan Id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan. Yang terdapat pada kutipan percakapan Raymond dengan Mersault yang menyampaikan keinginannya terhadap gendaknya:
“ Ia ingin menulis surat kepada perempuan itu” dengan tendangan-tendangan dan sekaligus dengan hal-hal yang membuat perempuan itu menyesal.” Nantinya seandainya perempuan itu kembali, ia akan tidur dengannya dan “tepat pada hampir selesai” ia akan meludahi tubuhnya dan mengusirnya ke luar”. (halaman 27)..
Dalam kutipan diatas jelas tergambar bahwa Raymond ingin menulis surat yang ditujukan pada gendaknya yang disertai oleh dorongan ingin membuat gendaknya merasa menyesal, dan ia berandai bahwa jika perempuan itu kembali ia akan mengusirnya. Dari pernyataan itu kita dapat mengetahui betapa besar pengaruh Id dalam diri Raymond sehingga ia sampai berandai-andai dan seakan semuanya akan berjalan sesuai dengan keinginannya.
·         Pada kutipan selanjutnya yang membuktikan dorongan Id khususnya dalam menggerakkan insting matinya:
“Mula-mula terdengar suara seorang perempuan yang nyaring dan lalu Raymond yang berkata: “kau kurang ajar kepadaku, kau kurang ajar kepadaku. Akan kuhajar kau karena kau kurang ajar padaku.” (halaman 30).

Dari kutipan tersebut terlihat Raymond sangat marah dan emosi terhadap perempuan  (gendaknya) itu. Ini membuktikan dorongan Id Raymond yang begitu kuat dalam menggerakkan insting matinya yang dalam hal ini adalah kemarahannya kepada gendaknya.
·         Ego
Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Dengan ego manusia dibimbing untuk memenuhi kepuasan atau dorongan yang terdapat dalam  id.
·         Karena kekesalan Raymond yang memuncak akhirnya ia memberikan pelajaran kepada gendaknya. Hal itu dilakukannya karena ia merasa dihianati dan dicurangi oleh gendaknya itu, ia merasa bahwa sikap baiknya terhadap gendaknya yang selama ini ia biayai kehidupannya dibalas dengan air tuba dengan penghianatan dan kecurangan, yang terdapat pada kutipan;
“Aku benar-benar melihat bahwa ia melakukan kecurangan. Lalu aku meninggalkan dia. Tetapi aku menamparnya lebih dahulu. Dan kemudian, kukatakan padanya semua kenyataannya. Kukatakan padanya bahwa semua yang diingininya adalah bersenang-senang dengan itunya.” (halaman 26).
“Ia memukuli perempuan itu sepuas-puasnya. Sebelumnya, ia tidak memukulinya. “aku menamparnya, tetapi boleh dikata dengan lembut.” (halaman 26).
Pada kutipan tersebut menunjukkan bahwa dorongan ego Raymond untuk membalas dendam pada gendaknya sangat besar yang memang pada dasarnya ia menginginkan hal itu terjadi.

“Ia bercerita bahwa ia telah melakukan apa yang dikehendakinya tetapi bahwa perempuan itu telah menamparnya lebih dulu dan kemudian ia memukulinya”. (halaman 31)..
 Pada kutipan diatas telah tergambar bahwa Id Raymond telah terpenuhi oleh Egonya dengan melakukan apa yang ia hendaki. Jadi sistem kepribadian Raymond khususnya Egonya telah terelisasikan, yaitu dengan menampar gendaknya itu.

·         Super Ego
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistic sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realitik dari ego (alwisol,2004:21). Super Ego yang di dalamnya terdapat aspek moral atau standar baik-buruk yang terdapat pada sosial masyarakat. Super ego berfungsi untuk meredam keinginan yang terdapat pada id  yang berorientasi pada tujuan realistik di ganti oleh tujuan moralistik,  sehingga untuk memenuhi ego disesuaikan dengan moralitas atau  norma-norma yang terdapat di dalam masyarakat.
·         Pada diri Raymond, energi superego akhirnya bekerja. Ia masih menaruh hati dan masih menyimpan perasaan pada gendaknya itu. Yang terdapat pada kutipan;

“Raymond melanjutkan ceritanya. Hal yang mengganggu perasaanya, “ialah bahwa ia masih menyimpan perasaan terhadap gendaknya.” Tetapi ia ingin menghukum gendaknya. Sebelum itu ia hendak membawanya ke sebuah hotel dan kemudian memanggil “polisi susila” untuk membuat perkara yang memalukan dan supaya perempuan itu mendapat cap pelacur.”(halaman 26).
Dari tersebut menunjukkan bahwa superego pada tokoh Raymond lemah sebab sebenarnya ia masih menyimpan perasaan pada gendaknya, namun  dan dikalahkan oleh Id dan Egonya yang lebih kuat untuk menghukum gendaknya.


2.      Mekanisme pertahanan diri Raymond Sintes
a.      Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah bentuk mekanisme pertahanan diri yang dimaksud sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilaku buruknya. Rasionalisasi juga disebut sebagai  bentuk mekanisme pertahanan diri yang terjadi dengan menafsirkan ulang sebuah perilaku menjadi lebih rasional dan dapat diterima. Kita berusaha memaafkan atau membenarkan sebuah ancaman yang awalnya menyakitkan dengan cara memberikan penjelasan yang rasional.
Dia itu berkata padaku, “Turunlah dari trem jika kau laki-laki.” Aku berkata padanya,“Diam kau”. Ia berkata bahwa aku bukan laki-laki. Aku turun dan berkata “cukup, begini lebih baik, atau ku pukul kau.” Ia menjawab, “dengan apa?” lalu kukirimkan satu kepalan padanya. Dia jatuh, aku hendak menolongnya bangkit, tetapi ia menendang dari tanah. Lalu kuhunjamkan lututku dan kutimpakan dua tinju. Tubuhnya berlumuran darah.” (halaman 24)
Pada kutipan tersebut menunjukkan bahwa Raymond melakukan pembelaan diri dengan cara memukuli laki-laki itu. Ia memukulinya karena sebelumnya ia dibuat panas dan dibuat jengkel oleh lelaki tersebut. Awalnya Raymond ingin menolong lelaki tersebut, namun lelaki itu malah menendangnya. Raymond pun segera membalasnya dengan memberikan tinju. Pada kasus ini merupakan mekanisme pertahanan diri Rasionalisasi.

b.      Denial (Penyangkalan)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.
·         Mekanisme pertahanan diri dalam hal ini yaitu denial atau penyangkalan atas kejadian yang sebenarnya terjadi, yang tergambar pada kutipan;

”Polisi berkata padanya agar ia menyudahi pertengkarannya, dan bahwa gadis itu harus pergi, dan bahwa Raymond harus tetap tinggal di kamarnya sambil menunggu panggilan dari kantor polisi. Ia menambahkan bahwa Raymond seharusnya merasa malu karena mabuk hingga gemetaran seperti itu. Pada saat itu, Raymond menerangkan padanya, “Saya tidak mabuk, Pak Polisi. Hanya saya disini, di depan Bapak, dan saya gemetaran karena terpaksa.”Ia menutup pintunya dan semua orang pergi”. (halaman 31).
Pada kutipan tersebut menunjukkan bahwa tokoh Raymond berusaha menyangkal terhadap apa yang sebenarnya telah terjadi. Pada kasus ini merupakan mekanisme pertahanan diri denial (penyangkalan) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri.

KESIMPULAN
Hasil analisis dari Novel Orang Asing karya Albert Camus dapat disimpulkan bahwa tokoh Raymond dalam cerita novel ini memiliki (1) Sistem Kepribadian dorongan Id dan Ego sangat kuat namun Superego lemah.Sebab dalam hal ini Id dan Ego menang melawan Superego, yang dibuktikan dalam analisis yang terdapat dalam kutipan novel bahwa Raymond masih menyimpan perasaan terhadap gendaknya, tetapi ia ingin menghukum gendaknya. Sebelum itu ia hendak membawanya ke sebuah hotel dan kemudian memanggil “polisi susila” untuk membuat perkara yang memalukan dan supaya perempuan itu mendapat cap pelacur. Sedangkan pada (2) Mekanisme Pertahanan Diri tokoh Raymond terdapat dua yaitu Rasionalisasi dan Denial (penyangkalan).




















DAFTAR PUSTAKA
Camus, Albert. 2009. “Orang Asing”. Jakarta: P.T. Penerbit Djambatan.
Helvry, 2014. http://Orang Asing - L'Étranger by Albert Camus _ Blog Buku Helvry.htm#.Vo0lVU9335c
Sastra, Metha. 2009. “Eksistensialisme Albert Camus dalam Orang Asing”. https://metasastra.wordpress.com/2009/11/15/eksistensialisme-albert-camus-dalam-orang-asing/.
Wikipedia, 2013. http://Albert Camus - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html//
Zahara, Dedi http://Albert Camus  Interpretasi Pada “Orang Asing”   Sorge Magazine.html#.VotMik9335c
http://Review  Orang Asing (Novel Albert Camus) _ Coffee, Book, & Rain.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar